Selasa, 06 Januari 2015

ILMU BUDAYA DASAR BAB 3

BAB 3
KONSEPSI ILMU BUDAYA DASAR DALAM KESUSASTRAAN

A.    PENDEKATAN KESUSASTRAAN
Hampir di setiap jaman seni termasuk sastra memegang peranan yang  penting dalam the humanities. Ini terjadi karena seni merupakan ekspresi nilai-nilai kemanusiaan, dan bukannya formulasi nilai-nilai kemanusiaan seperti yang terdapat dalam filsafat atu agama.
            Karena seni adalah ekspresi yang sifatnya tidak normative,seni lebih mudah berkomunikasi, karena tidak normative nilai-nilai yang di sampaikan lebih fleksibal baik isinya maupun cara penyampainnya.
            Hampir di setiap jaman sastra mempunyai peranan yang lebih penting. Alasannya karena sastra mempergunakan bahasa sastra juga lebih mudah berkoomunikasi, karena pada hakekatnya karya sastra adalah pejabaran abstraksi, Cabang-cababg seni yang lain pada hakekatnya juga abstrak. Sastra juga di dukung oleh cerita, dengan adanya cerita orang lebih mudah tertarik dan dengan caerita orang lebih mudah mengemukakan gagasannya dalam bentuk yang tidak normative.
            Orientasi the Humanities adalah ilmu : Dengan mempelajari satu sebagai dari disiplin ilmu yang mencakup dalam the humanities, mahasiswa di harapkan dapat menjadi homo humanus yang lebih baik.

B.     ILMU BUDAYA DASAR YANG DI HUBUNGKAN DENGAN PROSA
Istilah prosa banyak pandangannya. Kadang-kadang di sebut narrative fiction,prose fiction atu hanya fiction saja. Dalam bahasa Indonesia istilah tadi sering di terjemahkan menjadi cerita rekaan dan di definisikan sebagai bentuk cerita tau prosa kisahan yang mempunyai pemeran,lakuan,paristiwa dan alur yang si hasilkan oleh daya khayal atau imajinasi.

      Dalam kesussatraan Indonesia kita mengenai jenis prosa lama dan prosa baru.
A.    Prosa lama meliputi
1.      Dongeng-dongeng
2.      Hikayat
3.      Sejarah
4.      Epos
5.      Cerita pelipur lara
B.     Prosa baru meliputi
1.      Cerits pendek
2.      Roman/novel
3.      Biografi
4.      Kisah
5.      Otobiografi

C.    NILAI-NILAI DALAM PROSA FIKSI
Sebagai seni yang bertulang punggung cerita, mau tidak mau karya sastra (prosa fiksi) langsung tau tidak langsung membawakan moral, pesan atau cerita Dengan perkataan lain prosa mempunyai nilai-nilai yang diperoleh pembawa lewat sastra. Aadpun nilai-nilai yang di peroleh pembawa lewat sastra antara lain :
1.      Prosa fiksi memberikan kesenangan
Keistimewaan kesenangan yang di peroleh dari membaca fiksi adalah pembaca mendapatkan pengalaman, pembaca dapat mengembangkan imajinasinya untuk mengenal dareh atau tempat asing, pembaca juga dapat mengenal tokoh-tokoh asing.

2.      Prosa fiksi memberikan informasi
Fiksi memberikan sejenis informasi yang tidak terdapat di dalam ensiklopedia. Dalam novel sering kita dapat belajar sesuatu yang lebih daripada sejarah atau laporan jurnalistik tentang kehidupan masa kini, kehidupan masa lampau, bahkan juga kehidupan yang akan dating atau kehidupan yang asing sama sekali.
3.      Prosa fiksi memberikan warisan cultural
Prosa fiksi dapat menstimulasi imaginasi, dan merupakan sarana bagi pemindahan yang tak henti-hentinya dari warisan budaya bangsa. Salah satunya adalah novel Siti Nurbaya.
4.      Prosa memberikan keseimbangan wawasan
Lewat prosa fiksi seseorang dapat menilai kehidupan berdasarkan pengalaman-pengalaman dengan banyak individu. Fiksi juga memungkinkan lebih banyak kesempatan untuk memilih respon-respon emosional atau ransangan aksi yang mungkin sangat berbeda daripada apa yang di sajikan dalam kehidupan sendiri.
Berkenaan dengan moral , karya satra dapat di bagi menjadi dua : Karya sastra yang menyurakan aspirasi jamannya, dan karya satra yang menyuarakan gejolak jamananya, ada juga yang tentunya menyuarakan kedua-duanya.
Kedua macam sastra itu selalu menyampaikan masalah. Masalah ini di sampaikan dengan jalan menyajikan interaksi tokoh-tokohnya.Kita kenal Mahabrata dan Ramayana, Mahabrta menceritakan kepahlawanan orang-orang pandawa yang pemberani.
Pokok bhasan manusia dan cinta kasih dapat di hungkan denga cinta kasih antara Maria dan Yusuf dalam buku layar terkembang karya Sutan Takdir Alisyahbana.

D.    ILMU BUDAYA DASAR YANG DIHUBUNGKAN DENGAN PUISI
Pembahasan puisi dalam rangka pengjaran Ilmu Budaya Dasar tidak akan lepas di arahkan pada tradisi pendidikan dan pengajaran sastra dan apresiasinya yang murni. Puisi dapat di pakai sebagai media sekaligus sebagai sumber sesuai dengan tema-tema atau pokok bahasan yang terdapat di dalam Ilmu Budaya Dasar.
Puisi  termasuk satra,sedangkan sastra bagian dari kesenian, dan kesenian cabang/unsure dari kebudayaan.
Kepuitisan , keartistikan atau keestetikan bahasa puisi disebabkan oleh kreativitas penyair dalam membangun puisinnya dengan menggunakan :
1.     Figura bahasa (figutrative language ) seperti gaya personifikasi,metafora,perbandingan,alegori sehingga puisi menjadi segar hidup,menarik dan member kejelasan gambaran angan.

2.     Kata-kata  yang ambiqiuitas yaitu kata-kata yang bermakna ganda banya tafsir
3.     Kata-kata berjiwa yaitu kata-kata yang sudah diberi suasana tertentu, berisi perasaan pengalaman jiwa penyair sehingga terasa hidup dan memukau.
4.     Kata-kata yang konotatif yaitu kata-kata yang sudah diberi tambahan nilai-nilai rasa dan asosiasi-asosiasi tertentu.
5.     Pengulangan yang berfungsi untuk mengintensifkan hal-hal yang di lukiskan,sehingga lebih menggugah hati.
Dibalik kata-katanya yang padat,ekonomis dan suakr di cerna maknanya itu,puisi berisi potret kehidupan manusia.
            Adapun alas an-alasan yang melandasi penyajian puisi pada perkuliahan Ilmu Budaya Dasar adalah sebagi berikut :
1.      Hubungan puisi dengan pengalaman hidup manusia
Perekaman dan penyampaian pengalaman dalam sastra puisi disebut “pengalaman perwakilan”. Pendekatan terhadap pengalaman perwakilan itu dapat di lakukan dengan suatu kemampuan yang di sebut “imaginative entry” yaitu kemampuan menghubungkan pengalaman hidup sendiri dengan pengalaman yang di tuangkan penyair dalam puisinya.
2.      Puisi dan keinsyafan/kesadaran individual.
Dengan membaca puisi mahasiswa dapat di ajak untuk dapat menjenguk hati/penyair manusia, baik orang lain maupun diri sendiri.
3.      Puisi dan keinsyafan sosial
Secara imaginative puisi dapat menafsirkan situasi dasar manusia sosial yang bisa berupa :
·         Penderitaan atas ketidakadilan
·         Perjuangan untuk kekuasaan
·         Konflik dengan sesame
·         Pemberontakan terhadap hukum Tuhan
Misalnya pada puisi Rendra “episode” misalnya melukiskan betapa kemesraan cinta begitu merasuk kedalam jiwa dua sejoli muda-mudi yang sedang menjalin cinta
          
                        Kami duduk berdua
                        Di bangku halaman rumah
                        Pohon jambu dihalaman itu

                        Berbuah dengan lebatnya
                        Dan kami senang memandangnya
                        Angin yang lewat
                        Memainkan daun yang berguguran
                        Tiba-tiba ia bertanga :
                        “mengapa sebuah kancing bajumu
                        Lepas terbuka “?
                        Aku hanya tertawa
                        Lalu ia sematkan dengan mesra
                        Sebuah peniti menutup bajuku
                        Sementara itu
                        Aku bersihkan
                        Guguran bunga jambu
                        Yang mengotori rambutnya.

            Kemesraan cinta tidak saja terpatri dalam lubuk hati maing-masing tetapi juga memancar dari sinar mata keduanya yang bening dan belaian-belaian mesra jari jemari mereka bergetar.
            Cinta kasih itu kadang-kadang tidak berdiri sendiri,ia sering berpadu dengan nilai-nilai kemanusiaan yang lain seperti penderitaan (kesepian, kesedihan, keputusan, dll).
            Puisi merupakan sesuatu yang hidup dalam metafisis, suatu impian yang berkribadian sehingga sukar dihayati isinya, Walaupun demikian bila puisi dibaca dengan baik setidaknya akan membantu pembaca dalam menafsirkannya.

CR :  http://ghassanihashifah.blogspot.com/2013/07/rangkuman-ilmu-budaya-dasar-3-11.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar